Prodi Tadris Bahasa Indonesia (TBIN) kemarin (3/6) melaunching kegiatan mahasiswa berbasis literasi. Kegiatan yang identik dengan dunia perbukuan itupun dinamakan Klub Buku Multatuli. Klub ini dibentuk agar para sesama pecinta buku di Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo, terutama di Prodi TBIN bisa memiliki wadah untuk saling berbagi pengalaman baik ketika membaca buku hingga bisa menularkan kecintaan akan dunia literasi. Dalam debut klub buku yang diselenggarakan di Selasar Pojok gedung Pascasarjana UIT Lirboyo ini dikemas dengan bedah novel dan lapak baca buku gratis.
Foto 1: Selain dilakukan bedah novel, lapak buku gratis juga tersedia sebagai bahan bacaan.
Edisi perdana kegiatan Klub Baca Multatuli ini diisi dengan bedah novel yang dipantik oleh perwakilan pembaca novel dari mahasiswa TBIN UIT Lirboyo Kediri dan IAIN Kediri. Dalam kesempatan ini mahasiswa UIT Lirboyo diwakili oleh M. Abidzar Maulana G. membedah novelnya Ahmad Tohari berjudul Orang-Orang Proyek. Sedangkan perwakilan IAIN Kediri dipantik Handy Agustiar Imansyah yang menjelaskan pengalamannya membaca novel Hikayat Kadiroen karya Semaoen. “Novel ini sangat layak untuk dibaca, terutama bagi pelajar,” ungkap Abidzar dalam penjelasannya.
Foto 2: Abidzar memberikan pemaparannya terkait novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
Menurutnya ada banyak nilai moral yang bisa dipetik dari membaca novel Ahmad Tohari.diantaranya tentang idealisme pemuda dalam mempertahankan kejujuran. Melalui kisah praktik birokrasi yang lancung di pembangunan proyek-proyek di dalam novel, pembaca disuguhi bagaimana dilemanya si tokoh utama kala melihat praktik korupsi, kolusi, hingga nepotisme yang berlangsung pada pembangunan proyek, salah satunya proyek pembangunan jembatan. “Dari membaca novel ini kita disadarkan bahwa penting sekali kita memiliki idealisme. Terutama kejujuran itu sangat penting dalam kehidupan,” ujar mahasiswa yang gemar menulis puisi hingga cerpen ini.
Foto 3: Handy memberikan pandangannya dalam menilai novel Hikayat Kadiroen karya Semaoen.
Lain lagi dengan Handy. Dalam bedah novel itu dia menyoroti isu keadilan dalam novel Hkayat Kadiroen. Melalui novel klasik Indonesia itu menurutnya sangat mengesankan terutama dalam melihat gambaran betapa timpangnya keadilan yang diterima pribumi miskin di masa kolonial Belanda. Bagaimana tidak? Hukum seperti hanya memihak kaum priyayi hingga elit pejabat saja, namun mengesampingkan keadilan bagi kaum lemah yang membutuhkan bantuan hukum. “Dalam novel ini pun kita akan tahu biografi pemikiran dari sang penulis novel tersebut, yaitu Semaoen. Karena novel ini menurut saya adalah representasi dari kehidupan si penulis itu sendiri,” terang Handy.
Foto 4: Para mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia berfoto bersama setelah bedah novel dilakukan.
Kaprodi Tadris Bahasa Indonesia UIT Lirboyo, Bapak Moh. Fikri Zulfikar mengungkapkan bahwa kegiatan keliterasian yang digagas Klub Buku Multatuli ini rencananya akan dilangsungkan secara rutin. Dia berharap agar kegiatan seperti bedah novel hingga lapak buku gratis ini terus diselenggarakan setiap bulan sekali. Selain itu kedepannya Klub Buku ini juga akan merambah ke kegiatan literasi lain seperti melakukan pelatihan menulis hingga menghadirkan pakar penulisan buku sastra maupun non sastra agar para pesertanya bisa mengasah minat dan keterampilannya dalam menulis buku. “Yang berminat silahkan gabung Klub Baca Multatuli ini. Tidak harus mahasiswa ataupun dosen, masyarakat umum pun boleh gabung dan itu memang yang kami harapkan,” tegas dosen sastra ini.